Skip to main content

It's really okay to feel left out.


Entah kenapa, di tahun 2020 - 2021, tepatnya di usia 20 ini orang-orang di sekitar gue--termasuk gue juga merasa bahwa kita sering kehabisan waktu. Kita merasa banyak waktu terbuang karena satu dan lain hal, dan beranggapan bahwa seharusnya kita sudah sampai di bulan, bukan di bumi lagi, yang pada akhirnya membuat kita merasa bahwa kita ini tertinggal.

Kita melihat belasan, puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang seusia kita sudah menemukan passion hingga jati diri mereka yang sebenarnya. Sementara kita masih meraba dan mencari, bahkan semua masih tampak buram. Teman-teman terdekat kita sudah banyak yang sukses berinvestasi, mendirikan startup, membuka bisnis dengan cabang di mana-mana, hingga mempunyai karir cemerlang yang sudah terlihat dari sekarang. Ada yang sudah jadi speaker dan mengisi acara di sana-sini, ada yang selalu menang lomba, exchange, sampai menjadi leader di organisasi besar yang anggotanya mencapai angka ratusan, ada juga yang mendapat tawaran internship atau kerja di berbagai korporat besar.

Awalnya, hal-hal seperti ini nggak membuat gue terdistraksi sedikitpun. Karena gue termasuk orang yang sangat fokus sama diri dan hidup gue sendiri. Tapi seiring berjalannya waktu, seiring dengan kondisi Pandemi Covid-19 yang nggak kunjung usai, ketika segala sesuatu harus dilaksanakan secara daring dan berkomunikasi hanya bisa melalui gadget, akhirnya, mau nggak mau, pencapaian orang-orang yang selama ini nggak dipublikasikan di layar, sekarang jadi selalu terlihat setiap kali gue scroll media sosial. Hal-hal yang biasanya gue nggak mau dan nggak perlu tau, akhirnya terpaksa jadi tau juga. Teman-teman yang selama ini cuma terlihat sibuk di real life, sekarang jadi terlihat makin sibuk di media sosial. And at the end, gue terdistrak juga tentunya.

Terdistrak dalam bentuk apa?

Dalam bentuk membandingkan diri gue dengan mereka.

Sederhananya, ketika gue sudah merasa puas dengan apa yang gue punya (contoh kecil: IPK), kemudian gue lihat capaian orang lain yang angkanya lebih besar dari gue, akhirnya gue merasa apa yang gue miliki itu nggak cukup, dan akhirnya gue nggak merasa bangga lagi sama jerih payah gue.

Gue paham banget, kebiasaan mengunggah kesibukan dan pencapaian kita di media sosial itu memang perlu. Salah satunya untuk self-branding. Ketika kita melamar organisasi atau internship misalnya, kadang nggak jarang kalau media sosial kita juga ikut dinilai. Apakah kita termasuk orang yang hobi hura-hura, fun, produktif, suka bersosialisasi, atau justru pendiam dan menutup diri dengan segala insecurities. Dan sebenarnya nggak ada yang salah dengan fenomena media sosial ini, toh ini sudah menjadi hal lumrah yang kita lakukan sedari dulu. Jangankan instagram, di facebook-pun kita sering curhat kan waktu masih teenage dulu? Hanya bedanya, konten yang dipublikasikan sekarang sudah berbeda dan jauh lebih berkualitas.


Social Comparison

Menurut gue, kondisi dunia yang lagi rumit ini memang kerap menjadi alasan kenapa kita suka banget merasa left out dibanding orang lain hanya karena unggahan-unggahan yang ada di media sosial. And for me personally--ini wajar dan it's okay to feel a bit left outMerasa tertinggal karena melihat orang lain yang langkahnya sudah jauh di depan kita adalah hal normal, as a human.  Kalau menurut Psikolog dari Personal Growth, Marissa Meditania, hal-hal seperti disebut di atas dikenal dengan istilah social comparison. "Ini berarti kita sedang membandingkan diri sendiri dengan orang lain, atau biasa dikenal dengan social comparison. Jika kita sampai iri, berarti ini menjadi tidak baik," berikut kata Marissa yang dikutip melalui artikel Kompas.com.

Social comparison merupakan suatu proses dimana seseorang membandingkan kemampuan, pendapat atau sifatnya dengan orang lain (Buunk & Vugt, 2013). Festinger (1954) menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk mengevaluasi diri mereka sendiri dan seringkali mencoba untuk mengevaluasi diri dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain. 

Penelitian Erin Vogel, dkk. yang berjudul Social comparison, social media, and self-esteem memberikan gue banyak insight terkait social comparison ini. Dikutip melalui catatannya, sebanyak 10 persen dari pikiran kita melibatkan sejenis perbandingan. Penelitian lainnya juga telah menunjukkan bahwa orang cenderung percaya bahwa pengguna media sosial lain memiliki kehidupan yang lebih baik daripada mereka (Chou & Edge, 2012), Selain itu, penelitian sebelumnya dalam konteks offline telah menunjukkan bahwa paparan informasi perbandingan sosial ke atas dapat meningkatkan pengaruh negatif dan menurunkan pandangan diri. (Brown, Novick, Lord, & Richard, 1992; Cash, Cash, & Butters, 1983; Morse & Gergen, 1970; Pyszczynski et al., 1985; Thornton & Moore, 1993; Wheeler & Miyake, 1992). Tedapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang melakukan social comparison di media sosial melaporkan gejala depresi yang lebih besar (Feinstein et al., 2013) dan mengevaluasi diri mereka saat ini sebagai lebih tidak sesuai dari diri ideal mereka (Haferkamp & Kramer , 2011).

Menurut Wood, dikutip oleh Deaux, Dane, & Wrightsman 1993; Taylor & Lobel, dikutip oleh Ryff 1989, social comparison yang dilakukan secara downward (membandingkan diri dengan orang lain yang memiliki level lebih rendah dalam hal yang dibandingkan) akan memperkuat diri atau self-enchancement, serta meningkatkan self-esteem dan mengurangi stres. Sementara social comparison yang dilakukan secara upward  (membandingkan diri dengan orang yang memiliki level di atasnya) akan dapat meningkatkan diri, khususnya dalam aspek yang dibandingkan.

Kalau menurut Kendra Cherry dalam artikelnya yang berjudul Social Comparison Theory in Psychology sih, "social comparison not only plays a role in the judgments that people make about themselves but also in the way that people behave. As you compare yourself to others, consider how both upward and downward social comparison might influence your self-belief, confidence, motivation, and attitude, and watch out for negative feelings that might emerge as a result of this process"Atau singkatnya, kebiasaan kita dalam membandingkan diri dengan orang lain--atau social comparison itu nggak selalu bersifat negatif. Ini berarti bahwa social comparison itu juga bisa mendatangkan manfaat baik untuk kita, selama kita melakukannya dari perspektif yang baik dan benar.


And, here's the thing.

Balik lagi, jadi apakah kita boleh merasa left out ketika membandingkan diri kita dengan orang lain? Jawabannya tentu saja, boleh! Semua perasaan itu nggak ada yang salah kok. Akan tetapi, sikap kita selanjutnya akan menentukan secara lebih jauh apakah kita melakukan hal yang tepat atau tidak. Gue yakin sedalam apapun kita merasa left out, pasti ada banyak orang di luar sana yang juga merasa tertinggal jauh dari kita. Cuma kitanya yang nggak tau aja.

Dan sebagai manusia, kita adalah penjelajah waktu yang tinggal di dunia dinamis. Segala sesuatu nggak akan berhenti selama kita masih menghembuskan napas. Artinya, orang-orang akan selalu berkembang dan berusaha menjadikan diri mereka yang lebih baik. Kita nggak salah ketika merasa tertinggal, tapi cukup sampai di sana aja. Kalau selanjutnya kita iri dan marah dengan orang yang kita jadikan sebagai tolak ukur, maka itu salah. Sebaliknya, sikap yang baik adalah dengan tetap berusaha untuk meningkatkan kualitas diri kita bagaimanapun kondisinya. 

Gue bisa dan berani menyampaikan statement tersebut karena gue sudah melakukan observasi terhadap diri gue sendiri dalam rentang waktu yang cukup lama. Di awal kuliah dulu, gue merasa sangat tertinggal saat teman-teman gue sudah tau arah tujuan mereka mau kemana, ikut organisasi apa, dan mau kembangkan skill yang seperti apa. Sementara gue masing linglung, kebingungan, bahkan lost karena nggak tau ke mana arah langkah gue mau dibawa. Gue sempat beberapa kali down ketika melihat pecapaian teman-teman gue, walaupun dulu media sosial belum seramai sekarang. Gue pernah merasa sangat sendiri dan kesepian, sampai nggak bisa melakukan apapun, sekalipun itu adalah rutinitas yang biasa gue kerjakan. 

Tapi makin berjalannya waktu, gue sadar bahwa people has their own way to achieve success, and so am i. Prinsip ini akhirnya gue tanamkan dalam-dalam ketika gue mencapai turning point. Gue meyakini bahwa semua orang punya background dan nasib masa depan yang berbeda-beda. Mereka yang berasal dari keluarga mampu dan tidak mampu tentunya menghasilkan output yang berbeda, baik positif maupun negatif. Mereka yang sudah memiliki banyak keahlian sejak masa sekolah tentu memiliki kualitas berbeda di dunia kuliah dengan mereka yang belum pernah mengasah keahlian sedikitpun sebelumnya. Intinya, tinggal bagaimana kita bisa menyikapi rasa left out ini untuk menjadi sesuatu yang positif bagi diri kita sendiri. By this, gue jadi paham kalau gue yakin gue punya jalan gue sendiri untuk jadi "sukses versi gue" dengan timing gue sendiriKetika orang lain bisa pergi berlibur ke Amerika tahun ini, who knows kalau takdir kita adalah tinggal dan menua di Eropa? 

So, again, it's okay to compare yourself to others and feel a bit left out, as soon as you wake up and not blaming anyone or anything, as you keep growing and work for success by your own.

Comments

Popular posts from this blog

18 days post the break up

25 Okt 2024, writing this on 18th days post our break up.  Aku gak tau akan tujukan ini ke siapa, tapi mungkin ke kamu, and let me just be honest here.  3-7 hari pertama adalah yang paling berat, i can not stop blaming myself for what happened. I look back, regret, sesekali aku berpikir bahwa keputusanku untuk udahin ini semua terlalu terburu-buru tanpa banyak pertimbangan. Sesekali aku menyesal, thinking i shouldve done better, i shouldve treated you better, i shouldve not hurt you and broke my promise in the first place. Aku bertanya, mencari alasan kenapa ini semua gak bisa diperbaiki. Kenapa kita sama-sama gak usahakan lagi? Luckily, everything answered the moment we met. Kamis malam, di Bandung, i cant do anything but freeze. The night was cold, the only thing that felt warm was your hug. I was too scared to sit right beside you. I was too scared to put my trust back on you. It feels like being with a stranger with so many familiarities. Like ive known you so long but at ...

Is it really a 'Serendipity'?

 17th Aug, 24. It's never too late to start writing back, no? I decided to open up this blog and start writing some thoughts,knowing that life has been a bit chaotic the past few months. Maybe if i could take a word to describe, i'll choose 'Serendipity'. Serendipity. noun. ser·​en·​dip·​i·​ty ˌser-ən-ˈdip-ət-ē :  the gift of finding valuable or agreeable things not looked for. Kalo gue tarik mundur the exact 6 bulan ke belakang, gue sadar i found so many new faces, places, & created memories yang gue ga pernah expect untuk ada dari dulu. People i thought never exist suddenly came up with each of their unique roles. Gue cukup banyak mengambil keputusan lucu yang impact ke hidup gue significantly sampai hari ini. And most of them--adalah sesuatu yang gue ga pernah benar-benar cari atau expect to happen . Like it was just, happened , accidentally. Six months ago, i declared myself that i loved someone, let's call him M, i loved him so much that I thought i wont le...

Hi, Riq

  To my dearest buddy--well now is my boyfriend, Naufal Ariq, i have no idea if someday you'll read this words or no. I probably wont show this to you and i am sorry for keeping this as a secret.  Deep down, im truly happy for your existence. Youre like a sun after my stormy days. You brought uncountable laughs, joys, and im totally grateful for having you around. As a bestfriend, and now a boyfriend, which---i still never expected this. When i heard that you love me too, i wouldnt believe it.  But for real it, please let me be kind and treat you well with no fears, no doubts, without being scared of watching you leave like others in my past.  Please let me love you slowly, unconditionally, without me needing to ask for anything in return because i believe you'll do things for me without i have to explain.  Please make things easy for us and i will do the same.  Please stay, please let me be your light in your darkest days, let me be your home when you're e...